Oktober bakal tutup buku. Gue pun mengawalinya dengan sebuah momentum cukur rambut yang berakhir dengan sedikit penyesalan. Yeah !! Kini model rambut gue mirip seperti tokoh Sadness dalam film animasi Inside Out dengan tatanan poni yang sedikit gagal gaul.
Getir.
Getir.
Semua ini berawal dari keluh kesah gue yang hampir setiap hari terlontar manakala rambut lurus-item-tebel-panjang ini membuat kepala gue cekat-cekot. Otak gue serasa digetak-getok dari balik ubun-ubun sehingga membuat pikiran gue terkadang ingin taroh sementara kepala ini di tempat lain andaikan itu bisa *serem banget tapiih...
Yodah, daripada Tamas (panggilan sayang buat suami-red) pening mendengar grememengan gue yang lebih mirip nyamuk betina di siang hari, akhirnya beliau memutuskan untuk membawa gue ke tukang cukur (bahasa kerennya salon).
Di Hari Minggu nan laknat itu, kami keliling cari salon dari ujung ke ujung. Dari yang paling deket rumah sampai ke pelosok-pelosok Kutabumi (busyettt....galau banget yak mau potong rambut ampe segitunya). Memang gue orangnya ga percayaan kalau urusannya sudah potong memotong rambut.
Karena sudah kepalang basah, akhirnya kamipun semakin menjauh dari kota. Mobil telah memasuki wilayah kabupaten yang agak jauh dari peradaban, dimana distrik persalonan terbilang cukup langka (((Bahasa gue : DISTRIK))).
Setelah bolak-balik nyampe 3 kali, akhirnya kami nemu 1 bangunan berjudul salon. Walau tadinya harus sedikit menyureng-nyurengkan mata supaya engeh bahwasannya di situ ada salon yang dimaksud.
Oke, karena udah dapet, kamipun menepi. Males dong kalo musti balik lagi. Dalam hati gue, alaaah palingan ya motong bob ala-ala Tailor Swift standar lah. Semua stylish pasti bisa. Kecilll. Karena bapak gue juga jago potong model begituan pas jamannya gue masih SD.
Oke, karena udah dapet, kamipun menepi. Males dong kalo musti balik lagi. Dalam hati gue, alaaah palingan ya motong bob ala-ala Tailor Swift standar lah. Semua stylish pasti bisa. Kecilll. Karena bapak gue juga jago potong model begituan pas jamannya gue masih SD.
Yaudah, daripada banyak bacot, langsung aja gue dan Tamas masuk ke dalem.
“Krieetttt !!” Pintu berderit seolah gue sedang memasuki rumahnya Wrong Turn (si manusia kanibal itu...pada tahu kan?).
Seorang ibu-ibu bertubuh gempal akhirnya mendekati gue dan ....
Dia mengayunkan tombaknya tepat di jantung gue.
Tiiitt !!
Dan dia cuma menanyakan gue mau diapain.
Ng...jangan apa-apain gue plis...(Ya Alloh tolong, gue lebay banget memang).
“Potong bob aja Bu...,” kata gue penuh keraguan manakala mata ini menjelajah ke seluruh penjuru ruangan. Seolah gue ingin menelanjangi interior salon ini hidup-hidup. Lalu memaki.
Abis gimana yach?? Catnya pudar, lantainya retak, alatnya berserakan, kulit kursinya pada terkelupas, rukonya mau rubuh.....
“Segimana?” Ibu itu membuyarkan lamunan gue.
Jujur gue belum siap untuk dipotong *YEKALI AYAM POTONG.
“Segini aja Bu,” gue memberikan isyarat supaya ibu itu jangan motong pendek-pendek rambut item kesayangan gue. INGET YA !!! JANGAN PENDEK-PENDEK !!
Dengan sigap, guntingpun diraihnya dengan jempol gemuk-gemuk bagaikan pisang ambon, lalu terdengar bunyi kres..kres..kress yang serenyah saat gue mengunyah Citato.
Ng...padahal gue pikir tadinya dicuci dulu loh. Ternyata kagak. Yaiyalah, guenya ga ngmomong mau cuci potong. Hih ribet deh gue !
Sembari dipotong, beliau menaikkan volume televisi yang dikerangkeng di atas dinding tepat di kanan gue. Dan siaranpun memutar Seputar Indonesia Siang yang tengah memberitakan Haji Roma Irama telah sukses mendirikan partai baru.
Gue melihat ke ibu itu. Dengan terkekeh, doi berhenti sejenak dari aktifitas memotongnya dan menatap ke layar kaca seolah berkata...tar gagal lagi nyapresnya... Hahahha...gawl juga nih ibu-ibu. Tau politik juga.
Dari ujung sana Tamas dengan antengnya memainkan gadget yang gue rasa sedang menampilkan komik online One Piece edisi terbaru.
“Kres..kres...kres !!!” Bunyi gunting beradu dengan helai demi helai rambut gue yang akhirnya jatuh ke atas tanah lantai. Dari sini gue seperti ingin berteriak.....Aku menyesaaaaallllllllll !!!!
Oke.
Bagian utama dari rambut gue akhirnya kelar dipermak. Saatnya untuk memainkan poni.
“Mau diponi ga?”
Ng..gue kembali ragu.
“Yaudah deh, daripada pusing. Tapi jangan pendek-pendek ya.” SEKALI LAGI MATA GUE SEPERTI MENGULTIMATUM BAHWA KALAU PENDEK-PENDEK, HABISLAH RIWAYATNYA.
“Yaudah deh, daripada pusing. Tapi jangan pendek-pendek ya.” SEKALI LAGI MATA GUE SEPERTI MENGULTIMATUM BAHWA KALAU PENDEK-PENDEK, HABISLAH RIWAYATNYA.
“Kres..kres..kres !!”
Akhirnya gue diponi samping. Sekitar 5 menit doi memainkan peralatan tempurnya sambil menyamakan antara kanan dan kiri, atas dan bawah. Apakah ada yang ganjil?
“Oke beres,” kata dia dengan entengnya sambil kemudian membersihkan sisa-sisa rambut yang masih menempel di kerah baju. Lalu gue menoleh ke arah kaca. Sebenarnya dari tadipun gue ga berkedip barang satu kalipun karena gue ingin menginvestigasi tindakan si ibu apakah sudah benar atau belum. Tapi kali ini gue benar-benar tersentak dan hampir saja berdiri. “KAYAK GINI DIBILANG BERESS ????” (tapi itu cuma dalam hati sih).
“Ng..Bu, kok wajah saya tambah bulet ya. Kan saya pengennya yang rambutnya agak gemukan di samping. Bob tapi yang ga terlalu nungging...” gue coba memprotes dengan cara halus.
“Oke, diblow dulu yach..”
Segera diambilnya pengering rambut yang berada di meja rias. Colokan pun dipasang dan terdengar bunyi wus-wus-wus kenceng banget. Rambut gue serasa kena hempasan angin aer terjun Niagara.
“Duh, rambutnya terlalu lurus dan tebal mbak...diblow ga ngefek. Catok aja yach,” ujar dia tiba-tiba.
Waduh....seumur-umur dalam sejarah, baru kali ini ada salon yang ga bisa ngeblow rambut gue. Ini sungguh tidak PROFESIONAL. Yaudahlah daripada gue misuh-misuh, iyain aja biar cepet.
Akhirnya gue dicatok selama 5 menit, daaaan....rambut gue pun mekar bagaikan kembang brokoli yang sedang ranum-ranumnya.
Kali ini beneran beres. Gue pun bersiap merogoh kocek dan mencari lembar warna biru dari dalam dompet, antisipasi kan soalnya sering kejadian nyalon di tempat jelek tapi tarif dipatok mahal.
“Berapa Bu?”
“25 ribu Mbak,”
TERORET !!!
Okey...(tumben murah).
Setelah itu gue menghampiri Tamas untuk segera menghentikan aktifitasnya membaca komik online. Saat menutup layar ipad, doipun terperangah sembari menciye-in gue dengan rambut baru ini.
Kami pun segera angkat kaki dari tu salon karena sekalian mau belanja. Pas masuk mobil, suami pun masih menggoda gue karena merasa pangling dengan rambut ala mbak-mbak paskibraka ini. Soalnya gue pamer lagi di depan dia. Hahahhaha..
Sambil bercanda ria, Giant pun terlintas di depan mata. Berhentiiiiiii !!! Kami kan mau belanja bulanan. Yawes, akhirnya mobil menuju parkiran dan kerudung gue pasang lagi.
Sekitar 1 jam-an kami wara-wiri di dalam Giant. Labil. Tadinya mau beli yang uda diceklist, tau-tau daftar belanjaan udah nambah ke barang yang bukan-bukan, kayak buku steksa lah, buku gambar lah, cemilan buat nonton TV lah, sampai sarimi aneka rasa buat stok pas malem-malem. Habis itu kami pulang dengan membawa hawa baru. Hawa dimana kepala gue terasa ringan ga kayak biasanya.
Sesaat setelah sampai rumah, guepun berlari dan pengen lala lili di depan kaca lagi. Dan setelah kerudung dibuka. TEREREREEET !!! Efek blownya ilang. Rambut gue kembali lurus-rus-rus kek jalan tol. Dan muka gue....duh bantet banget seperti Sadness.
![]() |
Mirip dikit kayak gini, cuma rata kanan kiri sepundak huahahahhaa |
Hiks...gue pengen mewek karena Tamas menggoda gue dengan sebutan cobolo (baca : bocah) dengan potongan kayak gini.
Moga-moga aja November nanti jadi awal yang baru buat gue ngumpulin stok sabar saat ngaca hingga rambut ini bakal panjang lagi yeyeyeye...
Blogpost ini diikutsertakan dalam Giveaway #AwalYangBaru kakira.my.id
0 Response to "Udah Baca Aja Sampe Habis"
Posting Komentar