Menepati janjiku buat posting makan malam waktu singgah ke Bogor beberapa bulan lalu *keliatan banget malas ngapdet ni anak*, berikut pengalamanku icip-icip kuliner di Galuga.
Sebenarnya, ke Galuga ini ga ada dalam agenda awal jalan-jalan. Maklumlah, sudah keburu ngacir ke pinggiran Bogor karena keasyikan nostalgia di kampus IPB, alumni tercinta. Ketimbang musti balik lagi ke kota (yang notabene banyak tempat makan namun dihantui oleh kemacetan plus kudeta dari cacing-cacing kami), akhirnya kami memilih untuk mengefisienkan waktu dengan mencari alternatif makan di deket-deket situ.
Sekitar magrib kami tiba di tempat. Cukup melelahkan juga hunting tempat makan kalau sudah jam-jam begini, jam-jam nyamuk pada dines malam #mulai frustasi.
Otak otak bakar yang maknyus poolll |
Begitu napakin kaki ke salah satu saung (dengan model lesehan), serta-merta mas-mas pelayan berbaju ijo-ijo pun datang membawakan buku menu. Akupun seperti biasa cukup lemot dalam hal memilih. Karena gemes, Tamas jadi ambil alih duluan. Dia pesen ayam. Ayamnya yang 1 ekor lagi. Hooh. 1 ekor ayam kampung. GEDE.
Ckckkckc....(hati ini sudah feeling, klo porsi kayak gitu ngalamat ga bisa masuk ke perut kami yang sispact lambungnya kecil ini). Yah, apa boleh buat, karena yang potongan biasanya masuk ke menu paket. Dan paket, seperti biasa pasti rasanya jauh dari kata istimewa. Kebanyakan sih gitu #kemudian berspekulasi.

Satu ekor ayam kampung |
Oh ya, ayam yang Tamas pesan bentuknya dipanggang. Catat ya, dipanggang ! Bukan dibakar. Aku ga mau tau kalau nantinya kayak rasa ayam oven, hahahhaha... Padahal kami senengnya yang model bakar madu. Sebenarnya menu favorit di sini adalah ikan-ikanan, tapi berhubung aku ga suka ikan (walau dirayu sampe pake rayuan maut pun), tetep rasanya lidah ga bisa sahabatan sama ikan. Nasibmu ikan... #pukpuk.

Sementara itu aku pesan menu lainnya kayak sayur kangkung, jus wortel, dan es lidah buaya. Adapun menu intermezonya ada otak-otak bakar yang bikin kami khilap ngambil lagi dan lagi....huhuu, pintar banget nyediain menu kayak gini karena ga bakal diacuhin sama pelanggan sih. Sambal kacangnya juga nyus banget. Kami juga disuguhi teh tawar gratis di awal booking makanan.
gratisan teh tawar n kobokan *yekali..kobokan juga dimasukin |
Sembari menunggu masakan diracik, aku ijin sholat magrib dan menuju ke belakang. Kujelajahi seluruh pandangku untuk menilai keadaan resto. Aku merasa Galuga 7 tahun lalu (jamannya aku masih unyuk-unyuk pacaran), dengan Galuga yang sekarang cukup berbeda jauh. Space untuk sholatnyadibikin cukup luasdengan persediaan mukena yang wangi-wangi. Alhamdulilah, hal ini sangat membantu para pelancong sepertiku yang sering kelupaan membawa mukena. Area lain lebih dimanfaatkan untuk pembiakan ikan-ikan air tawar,yang tentu saja menjadi menu andalan dari resto bernafaskan Sunda ini. Ikannya gede-gede boook. Makmur kayaknya dipiara di kolam-kolam yang terbilang cukup banyak itu.
Duh sayang ku tidak sempat foto-foto kolamnya *kemudian galau.
Parkirannya luas, sukaaaa deh |
di kasir ada foto ini, lucu ya...semacam pendirinya mungkin |
Selepas sholat, aku pun kembali ke saung. Beberapa menu sudah nampak di meja. Sambil menunggu lengkap, giliran Tamas yang kemudian kusurung sholat.
****
Oke sekarang gilirannya riview. Catat baik-baik ya Anton Egonya Rattatoile mau ngomong !
Masalah rasa sebenarnya standar ya. Ya seperti resto Sunda pada umumnya. Ayam panggang yang kami pesan kebetulan rada melenceng dari ekspektasi Tamas (tapi sesuai dengan firasatku). Dominasi rasa agak asam (mungkin pake tambahan air asem jawa kalik ya). Dan manisnya kurang lebih hanya tercecap sekitar 30%.
Tumis kangkung |
Tumis kangkung juga agak kaku. Mungkin karena stok hari itu tinggal yang tua-tua kali ya. Tapi lumayanlah, ada sayur-sayurnya, setidaknya niat ingsun diet ga gagal-gagal amat. Eh satu lagi, lalapannya juga seger-seger dan variatif ding. Soalnya aku baru tahu kalo ada daun mint-nya juga selain mentimun dan juga kemangi yang sudah mainstream.
Aku yang orens, Tamas yang putih...icik kiwiiir |
Yang paling pas sepertinya minumannya ya. Kebetulan aku memang suka jus wortel karena cukup ngebantu mata ini agar agak segeran setelah cukup lama berjibaku dengan layar leptop.
Es lidah buayanya Tamas juga cespleng...(ini hasil ngrampok). Tapi habis itu langsung kenyang dalam satu waktu setelah 2 potong paha ayam masih tersisa di piring dan meninggalkan lirikan yang tersirat *ABISIN TAMAS !!*.
Hahahahha...

Lalu dengan ekspresi mirip beby kurang kasih sayang, akhirnya doi terpaksa memotek suwir demi suir daging ayam ke dalam mulut. Semangat anti mubazir dunk yaaaa.....
RM Galuga, Bogor
Jl. Raya Dramaga, Bogor Bar, Kota Bogor, Jawa Barat 16116, Indonesia
Phone:+62 251 8624288
Jam buka: jam 10.00 – 22.00Harga: Rp 5.000 – Rp 155.000
Blogwalking dan balesin komennya dirapel besok yaaaa kawannnn *sungkem atu atu
0 Response to "Review RM Galuga, Bogor"
Posting Komentar