“Tuk ! Tuk ! Tuk !”, bunyi genteng ketimpa hujan.
![]() |
Aku (payung merah jambu), jamannya masih kurus hahahhaha... |
Nyanyian kodok meraung kesetanan dari ujung gorong-gorong satu ke ujung gorong-gorong lain. Jalanan pasrah ditimpa lautan becek coklat tua. Entah kemana matahari hari itu. Benda bulat kuning tersebut rupanya ngumpet di belahan bumi lain, hingga seorang bocah pendek berkaus merah harus turut ketimpa sialnya. Dengan tudung jaket yang sama sekali bukan terbuat dari parasit, gadis itu berjalan cepat –hampir setengah berlari. Peluhnya berlomba dengan cucuran air yang jatuh dari langit.
“Gini amat yak jadi wartawan !!! Ga pernah istirahat.”
Raut muka itu sudah begitu malasnya menyunggingkan senyum. Yang di pikirannya cuma satu, kosan. Just relax dan menikmati hujan dari luar jendela seperti lukisan buku masa kanak-kanan yang ia baca sebelum tidur, Toto Chan.
Aaarrrrgh !!! Nggak cuma itu sebenarnya. Saat itu di otaknya sudah terbayang pilihan menu : nasi hangat, mie nyemek campur cabe rawit, telor dadar , tempe tanpa tepung, dan juga susu panas. Ohh...begitu menggoda.
Dan gadis itupun berlari sekuat tenaga !!
(November 2 tahun lalu yang meninggalkan senyum saat mengingatnya hari ini)
“Tulisan ini diikutsertakan Giveaway November Rain”
presented by “Keina Tralala”
presented by “Keina Tralala”

0 Response to "Saat Boneka Penangkal Hujan yang Kepalanya Bulat itu Sedang Cemberut"
Posting Komentar